Halaman

Rabu, 03 Maret 2010

Kejanggalan Film Merantau

Emm... baru kemarin saya nonton film Merantau, film yang bercerita tentang tradisi merantau yang sering dilakukan oleh orang Indonesia. Namun, pada film Merantau ini difokuskan pada seseorang, dari suku Minang, bernama Yuda yang mencoba mengadu nasib di kota metropolitan, Jakarta.
Yuda, seorang muslim yang juga jago silat, bermaksud mengikuti jejak leluhurnya untuk merantau. Merantau memang sudah menjadi tradisi seorang lelaki Minangkabau ketika beranjak dewasa. Merantau dimaksudkan untuk mendapatkan pekerjaan, pendidikan, maupun kehidupan yang lebih baik daripada di tempat asalnya. Lebih lanjut mengenai adat merantau, klik di sini.
Film Merantau bisa dikatakan sebagai oase di antara film-film Indonesia yang terlalu banyak mengangkat tema horor erotik. Dengan menggunakan judul tersebut, agaknya film ini bertemakan kebudayaan, merantau. Akan tetapi, adegan bela diri yang sangat ditonjolkan dalam film ini juga mengangkat kebudayaan lainnya, pencak silat.

Senang rasanya ketika di tengah film-film Indonesia yang didominasi film horor erotik terselip sebuah film bergenre bela diri/action. Sudah lama pula film seperti ini tidak diproduksi di Indonesia. Kini, cukup terobati lah kerinduan para penggemar film laga di Indonesia dengan kehadiran film ini. Selain sajian laga yang diperlihatkan film ini yang sangat bagus, kita patut berbangga sebagai orang Indonesia mempunyai film seperti ini karena film ini juga berkesempatan diputar di Festival Film Cannes.
Tak ada gading yang tak retak. Dengan segala pujian atas kehadiran film ini, menurut saya film ini memiliki beberapa kekurangan.
Pertama, sewaktu Yuda akan berpamitan dengan gurunya (kayanya ya?). Sesaat setelah unjuk kebolehan pencak silat, kelelahan gurunya terlihat terlalu dibuat-buat, kurang ekspresi. Bahkan tidak berkeringat. Padahal, untuk melakukan aksi tersebut, menurut saya sangatlah melelahkan dan cukup membuat keringat keluar dari tubuh.
Kedua, saat di dalam bus perantauan, berbincang dengan Eric. Bus yang sedang berjalan, pastilah terjadi guncangan, sebaik apapun suspensi busnya. Nah, di sini sama sekali tidak ada guncangan. Bergoyang-goyang pun tidak. Seperti sedang menaiki bus yang sedang berhenti.
Ketiga, waktu menelepon setelah Yuda sampai di Jakarta. Emmhh... di Jakarta masih ada telepon umum koin kah?? Saya sudah tidak pernah menjumpai telepon umum koin deh... emang sih, saya tidak di Jakarta, tapi... Heran...
Keempat, Yuda sepertinya benar-benar nelangsa ya? Hanya berbekal tas kecil entah apa saja isinya. Sepertinya tidak membawa baju ganti? Selain itu, kenapa Yuda tidak mencari masjid atau mushola saja untuk beristirahat? Kenapa harus di tempat seperti itu? Lagipula Yuda itu muslim dan orang Indonesia, lebih terlihat "Indonesia" kalau mencari mushola/masjid untuk beribadah dan beristirahat.
Kelima, lagi-lagi di telepon umum koin. di situ Yuda menelepon ibunya (ada di Minang) dari Jakarta melalui telepon koin! Hebat sekali! Mbok teleponnya di wartel saja...lebih realistis.
Keenam, saat perkelahian di jembatan penyeberangan. Musuh yang telah tak berdaya yang ada di kanan-belakang Yuda melempar pipa besi yang ada di depan Yuda. Kejanggalan terlihat setelah itu. Setelah melempar dan sudah diterima oleh temannya, temannya menyerang Yuda. Di situ, musuh yang tadinya tergeletak di kanan-belakang Yuda tiba-tiba sudah tidak ada, namun kemudian terlihat lagi.
Ketujuh, saat Adit dan Astri dikejar musuh. Adit disuruh sembunyi,, yah...dramatisirnya keterlaluan..terlalu lama, keburu ketangkep tuh...
Kedelapan, saat di atas apartemen (atau rusun ya??). Yuda melompati gedung, musuhnya yang mengejar juga ikut lompat mengejar Yuda. Kejanggalan terjadi saat Yuda mengambil batang bambu jemuran. Mudah bener. Emang bambunya tidak dipaku atau diikat ya?
Paling janggal, tentu saja saat Eric diberondong timah panas sewaktu di lift. Sudah ditembak bertubi-tubi namun masih belum mati juga, bahkan masih bisa sedikit melawan musuh. Hebat...! Biar lebih dramatis mungkin ya?
Saya sebenarnya bukan pengamat film, hanya senang nonton saja. Jadi, maaf kalau postingan ini tidak berkenan di hati para pembaca. Komentar teman saya tentang ini sih, "Namanya juga film, Ki...". Ya sudah lah...
Yang jelas, aksinya KEREN BANGET!!

6 komentar:

  1. Bagus jg postingannya, sob. Emang sech, film Indonesia selalu mendramatisir keadaan. Itulah yg membuat saya enggan (bukan gengsi) menonton film Indonesia. Apalagi sinetron yg monoton. Pernah sy nonton sinetron, awalnya 0k bgt. Ujung2nya, ternyata jiplakan dari drama asia Jepang/Korea/Cina. Wuih....padahal masih banyak cerita yang di bikin anak bangsa, yang lebih berbobot. Produsernya ga kreatif, males. Ngambil jalan pintas. Eh kok jd curhat seh. Salam kenal aja ya.

    BalasHapus
  2. Bagus mas Kritikannya saya juga baru liat tuh film kemarin.klo menurut saya latar waktu di film merantau memang bukan di set tahun ini. soalnya sekarang ini tu di minang tradisi merantau sudah tabu, jd mungkin tlpon di jakarta masih pke koin. tapi memang seru filmnya memberi warna tersendiri di belantika film indonesia sekrang ini.
    Happy Bloging sob ^_^

    BalasHapus
  3. iya...sebenarnya film ini sangat menarik,,aksinya keren...tp ya itu, ngerasa sedikit janggal aja pas liat..

    BalasHapus
  4. kalo menurut saya sih, filmnya mirip film thailand....cuma lupa judulnya....

    BalasHapus
  5. komentar dikit lagi.. neh gan.. karena ane orang minang asli neh...

    yang lucu nya masa ke jakarta naik bus kecil kayak gitu,perasaan bus kayak gitu utk dalam provinsi doank...bukan untuk luar provinsi... gk pegal apa ke jakarta pake bus kayak gitu... 3 hari 2 malam cuy...padang - jakarta...yang benar aja... mending naik pesawat dah... hehehe

    trus dalam film itu juga gk mencerminkan adat minangkabau...merantau untuk mati...

    yang agak menonjol sih kebiasaan orang minang main domino saat si yuda nelpon emak nya.. soalnya ane sering main itu... masa yg keliatan itu doank... yg baik2 nya mana...

    ane setuju gan ma kritikan agan diatas.. hehehe

    happy blogging aja gan

    BalasHapus
  6. ya ya ya, tapi paling nggak ni lbih baik dari film2 horor yg lgy menjamur skrang ini..

    BalasHapus