Tubing. Awalnya, saya tidak tahu maksud tubing. Teman-teman di Grha UKM UNS yang mengajak saya tubing, hanya menjelaskan, "Asyik dah, pokoknya... kaya rafting, tapi pake ban truk.. ayo ikut aja!" Oke, akhirnya saya ikut tubing di sungai Kali Anyar, Solo.
Minggu pagi, 28 Maret 2010 kami berkumpul di Grha UKM UNS, tempat aktivitas mahasiswa di UNS Solo. Tidak seperti tubing satu minggu sebelumnya yang diikuti 7 orang, kali ini hanya 4 orang. Saya, Widita 'Gemblink', Widiatmoko 'Bang Satir', dan 'Thengek'. Mas Dede yang tadinya mau ikut, akhirnya kita tinggal karena kelamaan pulang dari Jogja. Sori ya mas... hehe... Tanya Gemblink tuh, kapan lagi mau tubing. Sedangkan teman-teman yang lain sudah punya kegiatan masing-masing.
Persiapan dilakukan dengan memompa ban truk dan mengecek ban tersebut bocor atau tidak. Benar saja, satu dari tiga ban yang kami siapkan untuk tubing, bocor. Karena sudah mulai siang, ban yang bocor ditambal seadanya, hanya ditutup menggunakan 'sesobek' ban karet yang direkatkan dengan lem. Setelah dirasa sudah menempel kuat, kami berangkat ke Taman Sekartaji, sebuah taman yang belum lama ini dibangun pemkot Solo di tepi sungai Kali Anyar. Dari situlah kami memulai 'petualangan'.
Sesampainya di sana, kami menyatukan ban menggunakan tali. Kami memang sengaja menyatukan ban tersebut supaya lebih leluasa kami gunakan berempat. Pelampung pinjaman dari KSR-PMI UNS kami kenakan, kemudian turun ke bibir sungai. Berjalan sedikit ke arah barat, kami benar-benar masuk air dari sebelah barat jembatan Kandangsapi, yang terdapat jeram setelahnya.
Kami semua telah di atas tube. Berdoa, dan... mendayung tube searah arus sungai ke arah timur, menuju sungai terpanjang di pulau Jawa, Bengawan Solo! Dengan komando entah dari siapa, kami mendayung dengan kencang sebelum melewati jeram pertama. Semakin mendekati jeram kami makin semangat mendayung, dan akhirnya 'wusss..!' tube terbalik, kami semua jatuh ke dalam air! Setelah berhasil mengendalikan diri, wah..ternyata air tidak terlalu dalam, hanya sekitar pinggang. Kami semua tertawa, begitu juga anak-anak di sekitar taman yang sejak pertama kami tiba, bertanya-tanya penasaran apa yang akan kami lakukan pun ikut tertawa kegirangan melihat apa yang kami alami. Sedangkan sebagian pria dewasa dan bapak-bapak yang sedang memancing hanya tersenyum sinis dan (mungkin) berkata dalam hati, "dasar cah-cah kurang gawean!" Ah, biarkan saja... haha..
Akhirnya kami berhasil meraih tube yang mulai hanyut terbawa arus sungai. Setelah memeriksa ikatan ban dan juga beberapa bekal dan kami pikir baik-baik saja, kami melanjutkan perjalanan. Arus sungai tergolong amat tenang dengan sangat sedikit jeram. Kami sangat menikmati suasana tenang di sungai yang sudah tercemar limbah industri dan juga rumah tangga ini....>.<
Arus sungai tergolong tenang dengan sedikit jeram. Hanya jeram pertama saja yang menantang dan membuat tube kami terbalik dan menenggelamkan kami. Namun, ada lagi satu jeram yang cukup menantang karena di situ, tube kami tersangkut. Agar kami bisa melanjutkan perjalanan, 'Gemblink' berinisiatif untuk turun dari tube, dan tubepun terbebas dari batu yang mengakibatkan jeram itu. Akan tetapi, Gemblink masih belum bisa kembali menaiki tube, sedangkan tube mulai membawa kami mengikuti aliran sungai. "Ayo mblink, berenang aja..tenang...", kami berteriak ke arah Gemblink yang mulai panik... Benar saja, dia mulai berenang mengejar tube. Singkat cerita, Gemblink akhirnya bisa naik lagi ke atas tube. "Wah, sakit nih kaki gue," dia berkata sambil meringis. Ternyata, kakinya tergores batu-batu yang ada di dalam air. "Udah, ga papa. Cuma gitu doang," Bang Satir menanggapi. Sedangkan saya dan Thengek hanya tertawa... Haha... Tengkyu lah Mblink!
Perjalanan berlanjut, kali ini kami melewati perkampungan di tepi sungai. Di sana ada anak-anak yang sedang asyik entah bermain apa. Menyadari kedatangan kami, mereka tiba-tiba berteriak, "Mas, melu mas..." Tanpa menunggu jawaban, mereka langsung melepas baju dan melompat dari ketinggian tebing sungai kira-kira 3 meter. 'Byur..' 'Byur..' 'Byur..' Tiga anak menceburkan dirinya ke dalam sungai. "Wah, berani juga nih anak," pikirku. Kemudian mereka berenang mendahului kami dan menunjukkan kebolehan berenangnya di sisi kanan-kiri tube. Kami kemudian bercakap-cakap dengan mereka, ternyata mereka memang sudah terbiasa berenang di situ. Tidak lama kemudian, satu anak akhirnya memutuskan kembali naik ke daratan setelah dua anak lainnya ingin ikut kita lebih jauh lagi. Dia malu karena untuk kembali mereka hanya mengenakan celana saja dan harus lewat darat karena tidak mungkin untuk kembali berenang menentang arus sungai. Sesampai di jembatan baru yang menghubungkan daerah Ngoresan dengan ring road utara kota Solo, anak-anak tersebut akhirnya pamit pulang.
Suasana tenang dan damai kembali menggelayuti kami. Hingga akhirnya kami melihat layang-layang putus dan jatuh ke sungai. Ternyata, banyak anak-anak mengejar layang-layang tersebut. Mereka terlihat sangat kecewa setelah tahu layang-layang yang mereka kejar tak mungkin lagi mereka raih. Akhirnya kami menawarkan kepada mereka untuk mengambil layang-layang yang sudah basah tekena air. Tentu saja mereka sangat senang setelah kita berhasil meraih dan memberikannya kepada mereka. Kami melanjutkan perjalanan dengan diiringi tawa dan ucapan terima kasih anak-anak.
Tidak lama setelah itu, kami memutuskan untuk menepi dan beristirahat sebentar. Bekal snack khas daerah Kebumen 'lanthing', kami makan bersama-sama. Gurih, renyah, pedas, ah... enaknya... Di sela-sela istirahat, saya membuka barang bawaan pribadiku, HP dan dompet yang telah saya bungkus plastik rangkap tiga supaya aman. Namun, ternyata oh ternyata, plastiknya sudah berlubang dan sobek, mungkin terkena batu saat melewati jeram. Apes, HP benar-benar basah, 'terendam' di sungai selama lebih dari satu jam! Hhh...
'Lanthing' rasa pedas telah habis kami makan, kami pun melanjutkan perjalanan. Kami mulai menerka di daerah mana kami telah sampai. Kami juga mulai berdebat di mana kami akan mengakhiri perjalanan ini. Rencana semula, tubing akan kami akhiri di daerah Sragen. Masih sangat jauh dari Solo. Entah berapa puluh kilometer lagi. Membayangkan Sragen yang masih begitu jauh, padahal selama tubing yang sudah lebih dari satu jam masih di dalam kota Solo, kami pun melihat pertemuan Kalianyar dengan Bengawan Solo. Deras arus sungai Bengawan Solo yang yang menyambut arus sungai Kalianyar membuat hati kami gentar. Kami tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila kami melaluinya. Akhirnya kami menepi dan memutuskan menyudahi tubing.
Kami menuju sumur warga setempat untuk membersihkan diri. Teka-teki tentang di mana kami berada terungkap sudah. Kami berada di kampung Kaplingan. Tidak terlalu jauh dari kampus UNS Kentingan. Syukurlah... Sudah cukup bersih dan masih basah, kami berjalan menyusuri kampung menuju tempat angkot. Angkot yang masih kosong akhirnya membawa kami ke kampus UNS Kentingan, kampus yang terdapat Grha UKM UNS tercinta di dalamnya....
Kiri ke kanan: Bang Satir, Thengek, Gemblink, Saya
Persiapan dilakukan dengan memompa ban truk dan mengecek ban tersebut bocor atau tidak. Benar saja, satu dari tiga ban yang kami siapkan untuk tubing, bocor. Karena sudah mulai siang, ban yang bocor ditambal seadanya, hanya ditutup menggunakan 'sesobek' ban karet yang direkatkan dengan lem. Setelah dirasa sudah menempel kuat, kami berangkat ke Taman Sekartaji, sebuah taman yang belum lama ini dibangun pemkot Solo di tepi sungai Kali Anyar. Dari situlah kami memulai 'petualangan'.
Sesampainya di sana, kami menyatukan ban menggunakan tali. Kami memang sengaja menyatukan ban tersebut supaya lebih leluasa kami gunakan berempat. Pelampung pinjaman dari KSR-PMI UNS kami kenakan, kemudian turun ke bibir sungai. Berjalan sedikit ke arah barat, kami benar-benar masuk air dari sebelah barat jembatan Kandangsapi, yang terdapat jeram setelahnya.
Kami semua telah di atas tube. Berdoa, dan... mendayung tube searah arus sungai ke arah timur, menuju sungai terpanjang di pulau Jawa, Bengawan Solo! Dengan komando entah dari siapa, kami mendayung dengan kencang sebelum melewati jeram pertama. Semakin mendekati jeram kami makin semangat mendayung, dan akhirnya 'wusss..!' tube terbalik, kami semua jatuh ke dalam air! Setelah berhasil mengendalikan diri, wah..ternyata air tidak terlalu dalam, hanya sekitar pinggang. Kami semua tertawa, begitu juga anak-anak di sekitar taman yang sejak pertama kami tiba, bertanya-tanya penasaran apa yang akan kami lakukan pun ikut tertawa kegirangan melihat apa yang kami alami. Sedangkan sebagian pria dewasa dan bapak-bapak yang sedang memancing hanya tersenyum sinis dan (mungkin) berkata dalam hati, "dasar cah-cah kurang gawean!" Ah, biarkan saja... haha..
Akhirnya kami berhasil meraih tube yang mulai hanyut terbawa arus sungai. Setelah memeriksa ikatan ban dan juga beberapa bekal dan kami pikir baik-baik saja, kami melanjutkan perjalanan. Arus sungai tergolong amat tenang dengan sangat sedikit jeram. Kami sangat menikmati suasana tenang di sungai yang sudah tercemar limbah industri dan juga rumah tangga ini....>.<
Arus sungai tergolong tenang dengan sedikit jeram. Hanya jeram pertama saja yang menantang dan membuat tube kami terbalik dan menenggelamkan kami. Namun, ada lagi satu jeram yang cukup menantang karena di situ, tube kami tersangkut. Agar kami bisa melanjutkan perjalanan, 'Gemblink' berinisiatif untuk turun dari tube, dan tubepun terbebas dari batu yang mengakibatkan jeram itu. Akan tetapi, Gemblink masih belum bisa kembali menaiki tube, sedangkan tube mulai membawa kami mengikuti aliran sungai. "Ayo mblink, berenang aja..tenang...", kami berteriak ke arah Gemblink yang mulai panik... Benar saja, dia mulai berenang mengejar tube. Singkat cerita, Gemblink akhirnya bisa naik lagi ke atas tube. "Wah, sakit nih kaki gue," dia berkata sambil meringis. Ternyata, kakinya tergores batu-batu yang ada di dalam air. "Udah, ga papa. Cuma gitu doang," Bang Satir menanggapi. Sedangkan saya dan Thengek hanya tertawa... Haha... Tengkyu lah Mblink!
Perjalanan berlanjut, kali ini kami melewati perkampungan di tepi sungai. Di sana ada anak-anak yang sedang asyik entah bermain apa. Menyadari kedatangan kami, mereka tiba-tiba berteriak, "Mas, melu mas..." Tanpa menunggu jawaban, mereka langsung melepas baju dan melompat dari ketinggian tebing sungai kira-kira 3 meter. 'Byur..' 'Byur..' 'Byur..' Tiga anak menceburkan dirinya ke dalam sungai. "Wah, berani juga nih anak," pikirku. Kemudian mereka berenang mendahului kami dan menunjukkan kebolehan berenangnya di sisi kanan-kiri tube. Kami kemudian bercakap-cakap dengan mereka, ternyata mereka memang sudah terbiasa berenang di situ. Tidak lama kemudian, satu anak akhirnya memutuskan kembali naik ke daratan setelah dua anak lainnya ingin ikut kita lebih jauh lagi. Dia malu karena untuk kembali mereka hanya mengenakan celana saja dan harus lewat darat karena tidak mungkin untuk kembali berenang menentang arus sungai. Sesampai di jembatan baru yang menghubungkan daerah Ngoresan dengan ring road utara kota Solo, anak-anak tersebut akhirnya pamit pulang.
Suasana tenang dan damai kembali menggelayuti kami. Hingga akhirnya kami melihat layang-layang putus dan jatuh ke sungai. Ternyata, banyak anak-anak mengejar layang-layang tersebut. Mereka terlihat sangat kecewa setelah tahu layang-layang yang mereka kejar tak mungkin lagi mereka raih. Akhirnya kami menawarkan kepada mereka untuk mengambil layang-layang yang sudah basah tekena air. Tentu saja mereka sangat senang setelah kita berhasil meraih dan memberikannya kepada mereka. Kami melanjutkan perjalanan dengan diiringi tawa dan ucapan terima kasih anak-anak.
Tidak lama setelah itu, kami memutuskan untuk menepi dan beristirahat sebentar. Bekal snack khas daerah Kebumen 'lanthing', kami makan bersama-sama. Gurih, renyah, pedas, ah... enaknya... Di sela-sela istirahat, saya membuka barang bawaan pribadiku, HP dan dompet yang telah saya bungkus plastik rangkap tiga supaya aman. Namun, ternyata oh ternyata, plastiknya sudah berlubang dan sobek, mungkin terkena batu saat melewati jeram. Apes, HP benar-benar basah, 'terendam' di sungai selama lebih dari satu jam! Hhh...
'Lanthing' rasa pedas telah habis kami makan, kami pun melanjutkan perjalanan. Kami mulai menerka di daerah mana kami telah sampai. Kami juga mulai berdebat di mana kami akan mengakhiri perjalanan ini. Rencana semula, tubing akan kami akhiri di daerah Sragen. Masih sangat jauh dari Solo. Entah berapa puluh kilometer lagi. Membayangkan Sragen yang masih begitu jauh, padahal selama tubing yang sudah lebih dari satu jam masih di dalam kota Solo, kami pun melihat pertemuan Kalianyar dengan Bengawan Solo. Deras arus sungai Bengawan Solo yang yang menyambut arus sungai Kalianyar membuat hati kami gentar. Kami tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila kami melaluinya. Akhirnya kami menepi dan memutuskan menyudahi tubing.
Kami menuju sumur warga setempat untuk membersihkan diri. Teka-teki tentang di mana kami berada terungkap sudah. Kami berada di kampung Kaplingan. Tidak terlalu jauh dari kampus UNS Kentingan. Syukurlah... Sudah cukup bersih dan masih basah, kami berjalan menyusuri kampung menuju tempat angkot. Angkot yang masih kosong akhirnya membawa kami ke kampus UNS Kentingan, kampus yang terdapat Grha UKM UNS tercinta di dalamnya....
Kiri ke kanan: Bang Satir, Thengek, Gemblink, Saya
wahh enak bner tuh.. panas2 gini nyebur kesitu..
BalasHapushmm, tubing.. nama yang aneh.. tp kyknya asik :D
nambah pengetahuan lagi disini
BalasHapuswah patut dicoba aktifitas tuh, nambah kreatif
BalasHapuspengen juga se nyoba,,sayang sungaine ga jernih ya...
BalasHapus@ sapi: nyebur ke sungai itu ga enak..udah tercemar banget...
BalasHapus@ rizky09: mari mari..
@ bagong: yup...safety_nya jgn lupa kalo mau nyoba.
@ pakbos: wah,,kalo itu karna abis ujan pakbos,,jadi buthek gt..tapi kalo ga abis ujan,,airnya dikit n jadi bau limbah. mending cari sungai yg laen..
walah bahasane graha banget....hahahaha.... sip2 tambah kreatip ae ko mas...
BalasHapus@iyur: iya yur....haha.....nyobao...
BalasHapus