Relokasi PKL (bukan merupakan akronim Pedagang Kaki Lima, tetapi Pedagang Kreatif Lapangan) di belakang kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) menjadikan kawasan ini lebih tertib. Dulu, awal-awal masa kuliah pada akhir Agustus 2004, PKL-PKL banyak yang menjajakan dagangannya tepat menempel di tembok belakang UNS. Jangan dikira PKL ini menggunakan gerobak dorong, namun mereka membuat bangunan permanen yang digunakan sebagai kios-kios tempat mereka menawarkan dagangannya.
PKL yang beroperasi di sini sangat beragam. Mulai dari penyedia layanan foto kopi, rental komputer, counter telepon seluler dan pulsa, warung makan, rental disk software bajakan, bengkel dan tambal ban motor, tempat cuci motor, penyedia asesoris motor hingga kios pakaian model-model terkini dan juga kios pakaian muslimah. Belum lagi penjaja makanan bukan nasi seperti penjual mie ayam dan bakso, pempek, batagor, tahu kupat, es kelapa muda dan yang lainnya. Kini, hampir semuanya telah direlokasi. Ya, hampir semuanya karena relokasi baru dilakukan pada kios-kios yang berada di sebelah barat gerbang belakang utama kampus Kentingan UNS, sedangkan kios-kios yang berada di sebelah timur gerbang belakang belum direlokasi.
Keberadaan mereka sebenarnya sangat membantu mahasiswa dalam beraktivitas, namun jika dilihat dan dirasakan secara menyeluruh keberadaan mereka cukup mengganggu pengguna kendaraan bermotor dan pejalan kaki sekaligus. Mereka menempati trotoar yang sebenarnya diperuntukkan bagi pejalan kaki, sehingga pejalan kaki menggunakan jalan beraspal yang seharusnya digunakan kendaraan bermotor. Dengan demikian, mereka telah mengurangi hak pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor yang terkadang menyebabkan kecelakaan.
Pemecahan masalah telah dilkakukan oleh pemerintah kota Surakarta. PKL-PKL tersebut telah direlokasi ke sebidang tanah kosong yang telah 'disulap' menjadi sebuah pasar di belakang kantor kecamatan Jebres, Pasar Panggungrejo namanya.
Seperti pada relokasi-relokasi PKL sebelumnya di kota Surakarta, sama sekali tidak terjadi kekerasan dalam pelaksanaan relokasi kali ini. Meskipun tidak ada kekerasan, nampaknya cukup banyak pedagang yang merasa enggan untuk ikut pindah ke Pasar Panggungrejo. Beberapa dari mereka menganggap akses dan keterjangkauan pelanggan tidak sebaik ketika mereka berjualan tepat berada di pinggir jalan raya yang akan menyebabkan penurunan omzet penjualan. Pedagang yang enggan tersebut ada yang memilih untuk membuat kios sendiri di tempat lain daripada menempati kios pasar yang sebenarnya diberikan secara cuma-cuma, ada juga yang terpaksa 'pasrah' menempati kios di pasar tersebut.
Permasalahan tentang PKL yang sekali lagi terpecahkan dengan baik oleh pemerintah kota Surakarta, meskipun tidak mudah. Sekarang, kita dapat melihat hasilnya bahwa jalan Ki Hajar Dewantara, tepatnya yang di belakang kampus Kentingan UNS terlihat lebih tertib. Trotoar sudah berguna sebagaimana mestinya. Para pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor menjadi lebih nyaman ketika melewati jalan tersebut. Para pedagang seharusnya juga lebih nyaman dalam menjajakan dagangannya (terutama bagi yang ikut pindah ke dalam pasar Panggungrejo).
Keberadaan mereka sebenarnya sangat membantu mahasiswa dalam beraktivitas, namun jika dilihat dan dirasakan secara menyeluruh keberadaan mereka cukup mengganggu pengguna kendaraan bermotor dan pejalan kaki sekaligus. Mereka menempati trotoar yang sebenarnya diperuntukkan bagi pejalan kaki, sehingga pejalan kaki menggunakan jalan beraspal yang seharusnya digunakan kendaraan bermotor. Dengan demikian, mereka telah mengurangi hak pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor yang terkadang menyebabkan kecelakaan.
Pemecahan masalah telah dilkakukan oleh pemerintah kota Surakarta. PKL-PKL tersebut telah direlokasi ke sebidang tanah kosong yang telah 'disulap' menjadi sebuah pasar di belakang kantor kecamatan Jebres, Pasar Panggungrejo namanya.
Seperti pada relokasi-relokasi PKL sebelumnya di kota Surakarta, sama sekali tidak terjadi kekerasan dalam pelaksanaan relokasi kali ini. Meskipun tidak ada kekerasan, nampaknya cukup banyak pedagang yang merasa enggan untuk ikut pindah ke Pasar Panggungrejo. Beberapa dari mereka menganggap akses dan keterjangkauan pelanggan tidak sebaik ketika mereka berjualan tepat berada di pinggir jalan raya yang akan menyebabkan penurunan omzet penjualan. Pedagang yang enggan tersebut ada yang memilih untuk membuat kios sendiri di tempat lain daripada menempati kios pasar yang sebenarnya diberikan secara cuma-cuma, ada juga yang terpaksa 'pasrah' menempati kios di pasar tersebut.
Permasalahan tentang PKL yang sekali lagi terpecahkan dengan baik oleh pemerintah kota Surakarta, meskipun tidak mudah. Sekarang, kita dapat melihat hasilnya bahwa jalan Ki Hajar Dewantara, tepatnya yang di belakang kampus Kentingan UNS terlihat lebih tertib. Trotoar sudah berguna sebagaimana mestinya. Para pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor menjadi lebih nyaman ketika melewati jalan tersebut. Para pedagang seharusnya juga lebih nyaman dalam menjajakan dagangannya (terutama bagi yang ikut pindah ke dalam pasar Panggungrejo).
Salut untuk Pemkot Surakarta, yang mampu merelokasi para PKL, tanpa ada upaya paksa, seperti yang sering terjadi di daerah lain.
BalasHapus