Halaman

Selasa, 06 Maret 2012

Teori Jitu Membangun Kedisiplinan dan Menumpas Kemalasan

Tulisan ini saya ambil dari notes Facebook teman SMP saya, Sweta Kartika. Setelah membacanya, saya benar-benar menyesal karena sering menyia-nyiakan waktu saya dengan tidak melakukan kegiatan apapun! Yah, sebenarnya masih masih lihat TV sih, atau bengong, atau browsing internet tanpa tujuan yang jelas, atau hanya ngobrol sesuatu yang sama sekali tidak jelas arahnya bersama teman-teman. Pokoknya, sangat tidak produktif! Nah, ketika browsing internet tanpa tujuan yang jelas, saya menemukan sebuah tulisan yang menurut saya, cukup menggugah hati agar kita bisa mengatur waktu yang sering kita sia-siakan. Jadi, begini tulisannya:

Teori Jitu Membangun Kedisiplinan dan Menumpas Kemalasan
Dulu pernah ada wacana menarik bahwa "Masa Depan Indonesia hanya bisa diselamatkan oleh pemuda-pemudi kreatif." Setelah wacana itu marak dan tersebar, mulailah bermunculan tentang hal-hal yang mengusung kata kreativitas. Hampir dimana-mana; para pakar, praktisi, dan sebagian besar orang membuat kegiatan dengan embel-embel nama kreatif. Saat ini, goal untuk mencapai titik kreatif itu mungkin hampir tercapai. Sebagai buktinya, telah aktif beberapa forum dan kegiatan yang membawa nama kreativitas dan telah menelurkan 'produk-produk didikan' yang kreatif pula. Bahkan, pola berpikir dan berkarya 'kreatif' itu telah melekat pada masing-masing individu, sehingga melabelkan istilah 'insan kreatif' sebagai gelarnya. Apakah setelah menjadi insan kreatif, lantas masalah terpecahkan? Belum tentu! Rupanya goal dari kreatifitas itu tidak lantas berhenti sampai di situ saja. Ada hal lain yang justru menjadi KUNCI bagi keberhasilan program kreatif itu sendiri.

Pada dasarnya, KREATIF dan INOVATIF itu diperlukan pada awal sebuah proses berkarya. Namun, untuk melanjutkan program itu, kita harus DISIPLIN dan KONSISTEN melanjutkan prosesnya, sehingga goal dari sebuah penciptaan karya dapat tercapai dengan  hasil memukau. Sayangnya, dua hal terakhir itulah yang JUSTRU jarang sukses dilaksanakan. Jadi kata kuncinya adalah: Disiplin dan Konsisten.

Pernah muncul selentingan; Pemuda Indonesia itu banyak yang kreatif, tapi JARANG yang disiplin. Setelah dipikir-pikir memang benar adanya. Banyak dari kita dan teman-teman diluar sana yang canggih dalam menelurkan ide dan program karya yang kreatif dan inovatif. Tapi, hampir kebanyakan dari program itu lantas berhenti pada suatu titik dimana goal yang tercapai belum maksimal. Banyak yang tidak mengerti kenapa bisa begitu. Setelah diselidiki, ternyata alasannya sederhana saja. Kebanyakan dari kita itu TIDAK DISIPLIN dan TIDAK KONSISTEN dalam berkarya. Setelah satu ide program kreatif muncul dan dijalankan, pencetusnya tidak disiplin, lalu tidak fokus dan pesimis, lantas beralih ke ide kreatif lain yang muncul di tengah proses. Hasilnya, program-program berkarya kreatif itu pun kandas di tengah arena sebelum mencapai final goal yang diangankan selama ini.

Pertanyaannya:
Bagaimana cara menumbuhkan DISIPLIN DIRI dan MENANGGUHKAN KONSISTENSI dalam berkarya?

Untuk menjawab pertanyaan sederhana itu, setidaknya ada beberapa teori rumit untuk menjawabnya.
Teori itu adalah TEORI LIMA 'M':

1. Teori Motivasi
Teori motivasi berbunyi: "Seseorang bersemangat dalam berkarya karena merasa ADA KEUNTUNGANNYA."
Kebanyakan dari kita itu semangat berkarya hanya pada awal-awalnya saja. Biasanya di tengah proses, kita menyerah dan tergoda untuk pindah ke program karya kreatif yang lain. Mengapa bisa begitu? Sederhana saja. Karena sejak awal si pengkarya belum merumuskan keuntungan apa yang akan didapat dari karyanya. Atau bisa jadi si pengkarya kemudian tergoda pada keuntungan lain yang bisa didapat dari program karya lain, sehingga ia memutuskan untuk pindah program.

Langkah paling jitu dalam teori motivasi adalah: MERUSMUSKAN KEUNTUNGAN sebelum berkarya. Ini tidak menyalahi aturan kok, justru membantu kita menjaga periuk semangat agar tetap berasap hingga akhir proses. Tuliskan dan rumuskan kira-kira keuntungan apa yang bisa didapat dari program yang akan kita jalankan. Pasang rumusan itu di hati dan kepala kita layaknya billboard di jalan raya, sehingga kita tidak tergoda untuk mampir ke warung ide lain yang bermuculan di pinggir jalan, alih-alih kita justru akan semakin fokus berkarya tiap kali mengangankan keuntungan dari proses berkarya itu.
Contohnya: Bila kita sedang memulai program menulis novel, angankanlah keuntungannya. Impikanlah betapa indahnya ending cerita itu bila nanti dibaca oleh teman-teman kita. Bayangkan decak kagum dan kebanggaan teman-teman kita yang membaca karya novel kita. Halalkan membayangkan keuntungan finansial dan popularitas jika novel kita menjadi best seller nanti.
Ini sah-sah saja. Syaratnya: Perumusan keuntungan ini jangan diangankan berlebihan di awal proses saja, tapi justru di tengah proses. Itulah yang akan mengkatalisasi semangat kita sehingga kita akan melakukan manajemen percepatan waktu, dan aspek Disiplin diri dan Konsistensi dapat terselamatkan hingga akhir proses.

2. Teori Manfaat
Sepertinya sudah menjadi sebuah kesepakatan tidak tertulis bahwa "Sebaik-baik manusia itu yang paling memberi manfaat bagi orang lain". Kata-kata 'paling' itu bermakna 'banyak'. Artinya, seberapa banyakkah manfaat yang kita berikan kepada orang lain dengan karya kita. Karya itu tidak selalu berbentuk materi, tapi bisa juga non-materi, seperti: nasihat, pemikiran, ide, dan lain-lain. Jika di dalam hati kita sudah tertanam Teori Manfaat ini, maka kita akan terpacu untuk memaksimalkan karya untuk memberikan manfaat yang berarti bagi orang banyak, sehingga kita lebih disiplin dan konsisten dalam prosesnya.

Terkadang, kita masih kesulitan untuk memprioritaskan hal-hal yang bermanfaat untuk dilakukan terlebih dahulu. Malahan kebanyakan dari kita melakukan yang sebaliknya, artinya, hal yang kurang bermanfaat justru kita kerjakan berapi-api, sementara hal lain yang memberikan manfaat sebenarnya justru dikesampingkan. Cobalah untuk berpikir dewasa.
Rumus sederhana untuk membedakan anak-anak dengan orang dewasa itu adalah:
"Dalam mengerjakan sesuatu, anak-anak akan memilih hal yang paling menyenangkan. Sementara itu, orang yang dewasa akan memilih hal yang paling bermanfaat."
Sebagai orang bijak, kita harus bisa melakukan hal yang menyenangkan sekaligus bermanfaat.
Teori manfaat ini harus kita tanamkan dari awal hingga nanti berakhirnya proses berkarya. Bayangkan manfaat dari karya yang sedang kita buat nanti. Manfaatkanlah proses berkarya ini sebagai proses penempaan diri untuk belajar fokus sebagai seorang professional sejati. Rumuskanlah manfaat 'berproses' yang sangat menuntut kedisiplinan itu, sehingga ketika karya itu selesai tercipta, nilai diri kita JAUH LEBIH BERMANFAAT daripada karya yang kita ciptakan.

3. Teori Manajemen Jadwal
Nyaris berhubungan dengan Teori Manfaat, Teori Manajemen Jadwal ini fokusnya adalah "Menghargai Waktu". Hidup di dunia di belahan manapun,kita akan dianugerahi modal waktu 24 jam. Seorang professional yang paling beruntung adalah mereka yang bisa memanfaatkan 24 jam itu untuk berkarya sebaik-baiknya. Sayangnya, terkait dengan teori manfaat di atas, kita lebih menjagokan energi untuk melakukan hal-hal yang kurang memberi manfaat. 

Rumusnya adalah: Mengurangi Melakukan Hal-hal Negatif yang Membuat Kecanduan.
Hal-hal negatif ini sifatnya sangat relatif, diukur dari masing-masing individu. Misalnya, kurangilah main game yang membuat kecanduan. Kurangilah kongkow/nongkrong-nongkrong nggak jelas yang menghabiskan waktu. Kurangilah duduk seharian meratapi dinding jejaring sosial yang membuat kecanduan. Kurangilah merokok yang membuat kecanduan. Lho, apa hubungannya sama merokok?Ada! Merokok itu mengurangi tiga jatah hidup kita: Waktu, Kesehatan, dan Uang. Kalau nggak kecanduan sih nggak masalah. Yang jadi masalah adalah kalau kita jadi kecanduan, sementara budget kita minim dan kecerdasan kita akah kesehatan cenderung jongkok. Rasanya jarang sekali orang bisa berkarya sambil merokok. Kalaupun ada, ya paling satu-dua orang saja, dan itu pasti orang spesial. Intinya, mulailah memetakan hal-hal posotif dan negatif ditinjau dari sisi kemanfaatan waktu.

Langkah sederhana dalam melaksanakan teori ini adalah: MENULISKAN JADWAL KITA SEHARI-HARI.
Seorang game-maker di Square-Enix bernama Tokita Takashi pernah melakukan presentasi tentang karya-karya gamenya. Slide ketiga dari presentasi itu berisi tentang Jadwal Hidupnya dari bangun pagi sampai tidur lagi sepulangnya bekerja. Beberapa orang juga pernah menceritakan tentang kebiasaan orang jepang dalam menuliskan jadwal hidupnya, dan memampangkannya dengan bangga ke koleganya. Artinya, mereka sangat menghargai waktu dan disiplin terhadap jadwal hidupnya.
Menjiplak kebiasaan baik mereka, maka kita harus mulai belajar menuliskan jadwal hidup kita sehari-hari.
Otak manusia cenderung berpikir secara visual. Seseorang akan kesulitan mengangankan jadwal hidup jika tidak menulisnya.
Maka, TULISLAH jadwal hidup kita.
Belilah whiteboard dan pasanglah didinding dimana mata kita bisa mudah mengaksesnya. Tulislah deskjob kita berikut deadline dan cara pengerjaannya. Cobalah menuliskan peta berpikir kita pada papan putih itu. Dengan kita menuliskan jadwal, kecenderungan kita untuk patuh akan menjadi tinggi, sehingga KEDISIPLINAN dan KONSISTENSI dalam berkarya akan tercipta. Sediakan kalender meja di bawahnya. Lingkari tanggal-tanggal yang sekiranya penting dan buatlah plan-plan sederhana pada bulan-bulan berikutnya. Cara ini sangat efektif untuk menyusun visi-misi kita ke depan, sehingga kita bisa hidup sebagai professional yang lebih terrencana.
Langkah berikutnya adalah Membuat Deadline-deadline personal.
Jika kita sudah dipatok dengan deadline dari klien, maka buatlah deadline personal untuk kita sendiri yang jadwalnya jauh lebih maju daripada deadline mereka. Menyiksa-kah? Jelas! Tapi justru dengan begitulah kita merasa tercambuk dan tertempa dengan lebih keras. Dengan adanya deadline personal itu, kita jadi mempunyai waktu leluasa untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan.
So, mulailah menyusun jadwal kita~!

4. Teori Membanggakan Prestasi Orang Lain
Kata orang, teori ini sangat riskan. Ada sebagian orang yang percaya bahwa dengan melihat prestasi orang yang lebih unggul akan membuat kita minder dan putus asa dengan prestasi kita. Sebenarnya itu tergantung pola pikir saja. Mindset orang pesimis mungkin akan meneriakkan panji itu. Tapi sebagai orang Optimis, kita justru merasa akan TERCAMBUK melihat prestasi orang lain yang lebih gemilang.
Apakah kita harus iri dengan prestasi mereka?
Boleh! Asalkan 'iri' dalam skala Positif. Jika dia saja bisa sehebat itu, mengapa kita TIDAK? Jangan jawab pertanyaan ini dengan jawaban penuh keteduhan: "Nasib orang kan masing-masing". Memang benar. Tapi makna dari jawaban itu bukan berarti kita harus menyerah dengan nasib kita yang sedang terpuruk. Bisa jadi kita terpuruk dalam lembah kegalauan gara-gara kita MALAS, sementara mereka yang berprestasi hidup di puncak kecemerlangan semesta karena KEDISIPLINAN mereka dalam berkarya. Jangan iri yang negatif dengan berusaha menyusun kudeta untuk menumbangkan prestasi mereka. Melainkan iri-lah dengan semangat ke-professional-an mereka yang rupawan. Lalu cobalah untuk sharing passion dengan mereka, sehingga semangat dan kedisiplinan mereka akan tertular kepada kita.
Jangan melihat orang-orang yang berprestasi itu sebagai saingan, nanti kita cenderung akan minder dan berusaha menjatuhkan. Melainkan lihatlah mereka sahabat kita sebagai orang yang sama-sama berjuang di medan yang sama melawan musuh yang sama, yaitu: KEMALASAN dan KETIDAKDISIPLINAN.
Masa iya mereka bisa berprestasi sementara kita cukup begini-begini saja? Tidak. Saatnya memulai perubahan itu!
Dengan bekal teori inilah kita akan lebih mudah menjalankan visi-misi kita ke depan menjemput satu titik finish dengan catatan waktu dan kualitas terbaik.

5. Teori Maklumat "XGRA AXY"
Kalimat XGRA AXY (*baca: Segera Aksi) dipopulerkan oleh Repooblyq Qdjy, dan konon ini adalah semboyan yang dimaklumatkan dalam setiap aksi-nya. XGRA AXY bermakna: Bersegeralah melaksanakannya!
Esensi dari kata ini adalah:
  • Start As Soon As You Can --> Mulai sekarang juga! Jangan ditunda nanti, sejam lagi, atau besok. Sekarang!
  • Stop Over Analyzing. Just Do It! --> Jangan kebanyakan mikir! Sudah, lakukan saja dulu!
  • Take the highest Risk on your Decision --> Setiap kegiatan pasti ada resikonya. Hadapi saja resiko itu!
Pengecut sejati adalah orang yang gemar menunda-nunda, memilih bersembunyi dibalik kenyamanan nasib yang belum tentu nyaman, mendewakan kemalasan, terlalu banyak alasan setiapkali akan memulai sesuatu, dan takut menerima resiko dari setiap keputusan yang difatwakannya.
Sementara,
Seorang Pemenang sejati adalah orang yang tidak mudah menyerah, tertawa menantang setiapkali diterpa resiko, berani melakukan hal yang berbeda dari mainstream, selalu menjunjung tinggi kejujuran dalam berproses, dan selalu bangkit setiapkali gagal ditengah proses.
Pengecut sejati akan mati dalam ketiadaan dan sirna dalam kenangan siapapun, sementara Pemenang sejati adalah manusia yang menjunjung harga dirinya dalam memberikan manfaatnya bagi sebanyak-banyaknya orang.
XGRA AXY mungkin hanya kalimat sederhana, tapi dalam maknanya.
Empat teori di atas hanya akan tetap jadi teori jika kita tidak mempraktekkannya.
XGRA AXY adalah kalimat maklumat untuk melaksanakan empat teori itu.
Tanamkan kalimat XGRA AXY di hati dan pikiran kita, ketika akan berkarya maupun dalan proses berkarya.
Propagandakan kata XGRA AXY setiapkali kita menuliskan ide dan kata-kata semangat kita di manapun berada; status facebook, buku catatan harian, schedule-task di whiteboard, dan di dinding kamar mandi. Dengan adanya triger kalimat ini, maka kita akan malu menunda, dan bersegera dalam menjalankan kegiatan apapun

---

Lima teori di atas mungkin masih jauh dari sempurna. Pastinya akan ada teori-teori lain dari rekan-rekan yang telah berhasil merumuskannya usai bergelut dalam proses. Hal yang paling memuaskan adalah ketika karya kita SELESAI dan DI APRESIASI oleh orang lain dengan penuh kebanggan. Dan kesempurnaan dari tuntasnya proses adalah KITA MENJADI INSAN YANG LEBIH BERHARGA DARIPADA KARYA YANG KITA CIPTAKAN. Selesaikan setiap hal yang sudah kita mulai.
Menjadi kreatif dan inovatif itu tidak cukup. Kita juga harus DISIPLIN dan KONSISTEN dalam berkarya.
Jangan menutup diri menerima ilmu, karena masih ada ilmu-ilmu bermanfaat lain di luar sana. Terbukalah untuk menerimanya.

Sebarkan ilmu dan teori ini seluas-luasnya. Pastikan orang lain menerima manfaat dari kita.

"Orang yang sombong bukanlah orang yang gemar memamerkan ilmunya, melainkan orang yang enggan menerima ilmu dari orang lain, karena merasa ilmu yang dimilikinya sudah lebih dari cukup".

XGRA AXY!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar